Pages

Resolusi hidup 2018, apa kabar ?

Kamis, 26 April 2018

Sungguh tidak terasa bulan april hampir berakhir, nah pertanyaannya adalah masih ingatkah kamu dengan resolusi tahun 2018. Oh,  itu mungkin pertanyaan kedua. Pertanyaan pertama adalah apakah kamu memiliki resolusi hidup untuk tahun 2018 ini ? Jika ya,  masih ingat tdk ?

Untuk urusan ini, bagiku ada 2 jenis manusia. Manusia yang menulis daftar goals di tahun 2018. Dan manusia yang menjalani hidup tanpa repot2 membuat  goals yang ingin dicapainya ditahun 2018. Aku termasuk manusia yang rajin menulis goals di awal tahun (dan kemudian lupa 😆)
Kalau kamu tipe yang mana ?

Bukan perkara muda untuk bisa tetap konsisten dengan goals yang telah kita tetapkan saat mengawali tahun 2018. Ye kan ?? Bulan Januari kita masih semangat,  Februari masih ingat,  memasuki bulan Maret kita bahkan sudah lupa pernah menulis resolusi hidup..*Ato cuma saya yang seperti itu ? 😅

Kadang rutinitas membuat kita lupa dengan tujuan2 lain yang ingin kita capai selain dari mengerjakan yang telah kita miliki saat ini.  Dan ketika akhir tahun tiba,  kita baru ingat dengan list yang pernah kita buat,  dan yup... itu berakhir hanya sebagai list resolusi hidup yang belum tercapai *lagi

Itu penyakit saya ditahun2 sebelumnya,  tapi tidak untuk tahun 2018 ini.  Saya menolak untuk lupa karena saya sadar tanpa berusaha mewujudkan resolusi2 yang sudah saya buat,  saya hanya akan berakhir diposisi yang sama.  Mungkin ada yang akan berpikir "seriusnya mamo ini tiwi eh... Sante mko,  dunia ji ini weh" 😂
Yup,  untuk perkara resolusi2 hidup...aku harus serius. Karena menjalani hidup seperti air yang mengalir kadang kala tidak akan menghasilkan buah yang maksimal.  Bagus kalau airnya mengalir di tempat yang bersih,  lah kalau airnya mengalir ke parit yang kotor,  kan sayang banget hidup ini...tersia-siakan.

Jadi,  setelah berpanjang lebar...melalui postingan ini saya cuma mau mengingatkan kita untuk kembali ingat dengan resolusi2 yang sudah kita buat diawal tahun.  Mewujudkan resolusi-resolusi hidup memang tidak semudah menuliskannya diselembar kertas,  tapi mimpi-mimpimu dan mimpiku layak untuk diperjuangkan. Dan jika nanti hasilnya berbeda dengan yang kita harapkan,  setidaknya kita tau bahwa kita telah mencoba dan berjuang. Selalu ingat,  bahwa kegagalan dapat membuat kita lebih berpengalaman,  lebih bijaksana,  dan lebih kuat.  Jadi,  jangan menyerah apalagi lupa dengan goals yang kamu miliki.  Semangat !!!!!!

Sarjana jadi Entrepreneur, salahnya dimana ?

Rabu, 04 April 2018

Untuk postingan kali ini,  saya tidak akan berbicara tentang Toraja, tentang kecintaan saya pada Tuhan 😇, atau tentang hal2 lain yang sesungguhnya random tapi ada saja yang baca 😆 Saya ingin bercerita tentang salah satu ujian besar yang akhir-akhir ini harus berusaha saya lampaui...dan saya yakin diluaran sana banyak juga yang harus berjuang tentang hal ini. Yup,  ujian terbesar itu adalah opini orang-orang tentang sarjana yang lebih memilih menjadi wirausaha atau yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan.  JUST LIKE ME ! Jujur saja,  saya tidak  terlalu peduli  dengan opini orang-orang tentang pilihan hidup saya. dulu mungkin ya...tapi sekarang,  tidak lagi. 
Lah,  kalau tidak peduli...trus untuk apa dong nulis postingan tantang ini ? Ya,  kali aja ada yang mengalami hal seperti saya...dan masih sering "tenggelam" dengan opini orang-orang. Semoga dengan tulisan saya ini,  kita bisa saling menguatkan *asikeee

Dari pengalam saya,  seringnya yang beropini tentang kehidupan saya atau kalian justru dari orang-orang yang tidak benar-benar kita kenal. Ya kan ??? Seperti kejadian sore tadi atau 4 hari yang lalu, atau 2 minggu yang lalu dan minggu-minggu sebelumnya.. See,  ada terlalu banyak yang peduli pada kehidupan saya 😆

Dan seringnya lagi, percakapan itu hanya beberapa line, semisal.

Di Ruang tamu,

Si tante : Tiwi kerja dimana sekarang  ?
Saya      : Di rumah tant, menjahit kayak mama *sambil senyum
Si tante : Duhhh... Kenapa nda mau kasih masuk kamaran di kantor2  saja,  atau jadi honorer ? *Dengan muka prihatin
Saya     : "Tant,  mama saya  bisa beli mobil, biayain kuliah saya,  dengan menjahit. So what's wrong with that ? " (dalam hati)
Actually,  saya cuma bilang "saya senang menjahit tant jadi lamar kerjanya besok-besok saja,  saya udah bosan ngelamar,  saya tunggu dilamar aja" 😆 (bdw,  8 kata terakhir cuma saya ucapkan dalam hati ji)
Si tante : Tapi lebih baik kerja di kantor nak. Kayak si ini........
Saya : *Mendengarkan *Ngangguk2 * Undur diri

Dibalik ucapan saya ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya utarakan,  hanya saja kebanyakan orang lebih suka opini mereka didengarkan,  jadi saya lebih baik diam. Lagian,  beberapa orang pikirannya tidak akan terlalu panjang untuk bisa menyelami setiap hal yang saya atau kalian cita-citakan,  we don't have to explain our goals to others. Yang menjalaninya adalah kita,  bukan orang lain. Sesederhana itu.

Saya kadang berpikir,  kenapa tidak ada satupun orang yang bertanya "apa passionmu ?" "apa yang kau senangi ?" instead of "kenapa tidak kerja di kantor ?". Yup,  kebanyak orang lebih suka ikut arus dan menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang,  itulah yang terbaik dan paling benar.  Memilih hal yang berlawanan dengan mayoritas malah cenderung dianggap pilihan yang bodoh, sia-sia, dan memprihatinkan.  Hal yang sama berlaku dengan sarjana yang memilih menjadi enterpreneur.  Well,  bekerja sesuai dengan basic pendidikan memang keren dan mewah.  Tapi bagi saya,  bekerja sesuai dengan passion itu anugerah dan kebebasan yang tidak semua orang mampu jalani karena  sambil kau mengerjakannya  akan ada yang melemparkan batu-batu kecil kepadamu. Tapi tenang saja,  batu-batu itu lama kelamaan hanya akan menjadi seperti kapas saja😉

Terakhir,  tentang orang2 yang terlalu "peduli"  pada hidup saya pun kalian adalah tidak semua orang mengerti dengan konsep "bekerja dengan hati yang gembira". Trust me,  saya pernah melaluinya dan bagi saya,  dari pada menjadi seperti robot yang bekerja tanpa hati (cos i found that kerja kantoran is not my thing) saya tidak akan malu dengan apa yang menjadi passion saya dan saya akan tetap melakukannya,  karena itu talenta yang Tuhan berikan bagi saya.  Dan itu sia-sia jika tidak saya pergunakan dengan baik. Bekerja entah dikantor ataupun menjadi entrepreneur tujuannya sama kok,  sama-sama cari duit.  Kecuali,  kalau yang orang-orang tadi maksud dengan bekerja adalah untuk mengesankan orang lain,  it's the different story.  Tapi saya tidak akan pernah berusaha mengesankan siapa-siapa, as long as i'm happy to do my job,  i will do it,  no matter what people throw to me.

Oh satu lagi, saya percaya orang2 tadi juga berpikir "kenapa harus kuliah kalau ujung-ujungnya buka usaha,  atau ujung-ujungnya cuma mau menjahit ji na kerja kayak mamaknya" 😆
Well,  itu kurang lebih sama dengan pertanyaan "kenapa harus pacaran lama-lama dengan si A kalau ujung-ujungnya malah nikah dengan si B". Untuk bisa mengambil keputusan yang besar dalam hidup,  semua butuh proses... proses itu berisi pengenalan lebih dan lebih lagi tentang diri sendiri.  Once u found ur self,  theres no doubt anymore in make ur big decision.

Nah,  Jadi salahnya sarjana yang jadi entrepreneur itu dibagian mana ya 😄 Kok banyak yang senewen.

*picture source : Pinterest

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS