Dear, Linggo ToMebalun,
Terima kasih untuk surat yg kau titip melalui pong Sattu. Telah kubaca surat itu di to'tanampo tempat kau pernah menenangkan diriku saat aku kumarrak. Hal-hal yang telah kita lalui bersama memang sematanning ta'bu.
Hanya saja, Mengkendek dan pangala' sudah terlalu jauh bagiku, apalagi jarak yang terbentang diantara kita berdua . Sudah terlalu lama kau tidak memberiku kabar. Kau terlalu sibuk menteka' mimpimu yang setinggi gunung sesean untuk memiliki 12 tedong saleko..dan aku mulai lelah ungkampai ko.
Sebulan yg lalu, pong Sattu membawah pa'anakannya ke rumahku. Seorang pia muane maganta' dan harus ku akui bahwa penangku telah mennosok kepadanya ketika pertama kali ku melihatnya. Hatiku berdebar seperti issong yg dirambi-rambi. Tatapannya membuatku terhanyut bagaikan derasnya air sungai sa'dan. Sejak itu, iya mengajakku sumalong mengelilingi kota rantepao, makan pangrarang di pong bori', kemudian bergandengan tangan di pertokoan sambil memandangi kerlap kerlip lampu sitor yg lalu lalang dibawahnya.
Banyak lelaki yg merruku diriku setelah kepergianmu duluh, tapi hanya dia satu2nya lelaki yg membuatku mampu melupakan kisah manis kita dito'tallang. Dan tentang bapakku, hatinya sudah mala'ba pada dirimu sejak engkau dengan batta'nya mencuri sang lampa tuaknya, sehingga ketika lelaki itu dtg melamarku, bapakku dgn senang hati menerimanya, begitu pun aku.
Mungkin surat ini bagaikan billa' mataran yg telah mengira' penammu. Tapi 1 hal yg harus kau tau, bukan 12 tedong saleko yg ku rannuan, melainkan kepastian darimu. Hanya maaf yg bisa kusampaikan padamu dan harapan semoga kau bertemu baine maballo yg bisa membahagiakanmu.
Dari, Lai' Sabe'
Langganan:
Postingan (Atom)