Pages

Tuhan, Aku Rindu

Sabtu, 20 Oktober 2018

Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Dari yang awalnya hopeless karena belum bisa mencari "uang jajan"  sendiri. Kalah itu,  rasanya aku telah mengetuk sejuta pintu namun semuanya tertutup rapat.  Kemudian Dia Sang Penuntun akhirnya mempertemukanku dengan satu pintu.  Pintu yang sesungguhnya sangat dekat denganku selama ini,  tapi aku membuang waktu dengan pintu nun disana  karena banyak orang menuju pintu-pintu itu.  aku juga ingin.

Pintu yang ini kelihatannya sangat sederhana. Tidak banyak orang sudih meliriknya. Pertama kali,  melihat pintu itu... aku ragu. "Apakah ini pintu yang seharusnya aku masuki  ? Tapi banyak teman-temanku yang memasuki pintu yang disana. Ah,  buka pintu yang ini saja dulu,  toh kalau yang kucari tidak ada di dalamnya,  aku bisa keluar dan mencari pintu yang lain. Aku pun mengetuk pintu itu,  setelah berusaha agak lama,  pintu ini akhirnya terbuka.  Anehnya,  semua yang ada di dalamnya sepertinya tidak asing.. Dan aku sangat akrab dengan yang ada di dalamnya.  Bunyi, aroma,  bentuk, dan warna, rasanya aku pernah merasakan semua ini.  Duluh,  duluh sekali.

Oh,  jangan kira karena aku akrab dengan segala hal dibalik pintu itu,  aku bisa dengan gampang menguasainya.  Tidak.  Sama sekali tidak.  Aku benar-benar harus berusaha keras untuk bisa menaklukkannya. Lebih sulit lagi,  aku harus menaklukkan ego agu sendiri,  dan ego orang-orang disekitarku yang masih ingin agar aku keluar dan kembali mengetuk pintu-pintu yang disana itu.

Tapi Dia yang menuntunku pada pintu itu,  selalu menguatkanku dan membuatku melampaui semua ujian-ujian dalam menaklukkan pintu ini.  Aku suka caranya menuntunku melalui pintu yang satu ke pintu yang lain untuk sampai di pintu yang ini.  Dia membiarkanku mengalami rasa sedih yang sangat banyak dengan cara membawaku pada pintu itu hanya untuk memperlihatkan bahwa itu bukan untukku. Ya,  setidaknya dulu aku berpikir seperti itu.  Baru sekarang aku paham,  bahwa itu hanya satu dari banyak cara yang Dia gunakan untuk melatihku agar lebih kuat lagi, agar aku tau seberapa besar kapasitasku, agar aku tau  bahwa tidak masalah untuk mengambil jalan yang berbeda,  agar aku mengerti bahwa setiap orang punya keunikannya masing-masing, dan agar aku sadar bahwa Dia lebih kreatif dari yang bisa kubayangkan.

Sudah cukup energi yang terkuras dengan pintu2 yang disana. Aku bahagia dengan pintu ini.  Pintu yang sepi,  tapi membuatku tidak merasa sepi.  Pintu yang sederhana tapi membuatku menjadi kaya, pintu yang kelihatan suram tapi membuat hidupku penuh warna,  pintu yang kelihatannya tertutup, namun cukup ramah untuk menerima  orang2 lain yang ingin menumpang di dalamnya.

Sudah lama sejak hal itu terjadi.  Kini aku terlalu fokus dengan isi ruangan itu.  Semua yang ada di dalamnya sungguh menarik perhatianku sampai-sampai aku lupa pada Sang Penuntun.  Aku lupa,  bahwa segala sesuatu yang  ada dalam ruangan ini tidak akan pernah kunikmati tanpa penuntunanNya.  Segala yang kumiliki dan berkat-berkat yang datang setelahnya berasal dariNya,  aku lupa itu.  Dia memberikan 24 jam waktu kepadaku,  dan aku hanya memberikan waktu paling "sisa"  padaNya.  Waktu dimana rasa lelahku sudah membuncah.  Lambat laun,  tuntunanNya tidak lagi bisa ku rasakan.  Aku terlalu percaya pada kekuatanku untuk melakukan penaklukan seorang diri tanpa melibatkanNya lagi seperti dulu.  Dan  detik ini,  aku rindu.  Rindu pada tuntunanNya,  rindu pada suaranya,  bahkan aku rindu dengan malam kelam ketika aku mengetuk pintu disana namun aku tau aku tidak sendiri. Ada Dia menyertaiku. Tuhan,  aku rindu.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS