Hari ini, hujan turun dengan derasnya tanpa intro sedikit
pun. Saya terpaksa harus berteduh di suatu gedung Bank yang tidak begitu besar.
Kepergian saya hari ini rencana untuk menyebar beberapa lamaran pekerjaan. Di
teras gedung itu ada beberapa orang yang juga berteduh, seorang ibu dengan
pakaian sederhana, seorang anak laki-laki muda yang sepertinya seumuran dengan saya, satpam, dan bapak tukang parkir yang
sudah lanjut usia.
Hujan
semakin deras, membuat saya semakin mengeluh walaupun dalam hati. Saya melirik
ke teman saya yang sedang sibuk melihat update-an sosmednya. Dia tertawa sambil
memperlihatkan layar HPnya yang berisi postingan lucu, saya pun ikut tertawa.
Dan yang membuat saya bahagia adalah saya sadar bahwa di saat hujan seperti
ini, Tuhan masih menempatkan orang sepertinya di samping saya.
Hujan mulai redah, masih agak rintik-rintik sih tapi
saya dan teman saya akhirnya memutuskan untuk berenjak dari sana. Sambil
menungguh teman saya memakai mantel, saya berusaha memperbaiki rambut saya yang
sudah acak2kan tidak karuan karena air hujan. Bapak tukang parkir yang sedang
duduk di dekat gerbang ternyata memperhatikan saya tanpa ekspresi. “Mari pak”
kata saya kepada bapak tukang parkir sambil tersenyum, bapak itu membalas tanpa
berucap, hanya senyum yang begitu ramah.
Singkat
cerita, saya dan teman saya akhirnya sampai di tempat tujuan. Setelah
menyerahkan surat itu, kami bergegas dan hujan kembali turun dengan derasnya.
Teman saya bertanya apakah kami harus berteduh atau melanjutkan perjalan karena
saat itu saya hanya memakai jaket, dan saya mengatakan bahwa tidak masalah
untuk melanjutkan perjalan. “kenapa harus menghindari hujan ?”
Dalam
perjalanan menuju rumah, saya melihat seorang anak dengan seragam sekolah tanpa
memakai sepatu. Iya berjalan dengan santainya di tengah hujan dan sayup-sayup
saya mendengar ia menyanyikan lagu Yofie “dia milikku bukan milikmu, dia
untukku bukan untukmu…”
Hari ini
mengajarkan saya beberapa hal. Bukan masalah yang membuat kita menjadi lemah,
melainkan kesendirian ketika menghadapi masalah. Saat kita punya tempat untuk
bersandar, kita akan menjadi lebih kuat, dan masalah tidak akan menjadi
masalah. Jadilahi teman yang setia.
Sukacita
layak untuk siapa pun yang mau memberi dan menerimanya sekalipun hanya melalui
hal kecil semisal senyuman. Senyuman yang tulus membuat orang lain merasa
dihargai dan dikasihi. Dan saat kau memberikan senyuman, kau takkan pernah
kekurangan bukan ? Belajarlah untuk menghargai
orang lain.
“Life
is not about waiting for the storm to pass, it’s about learning to dance in the
rain.” Adik dengan seragam sekolah tadi benar-benar gambaran nyata dari kata
bijak di atas. Jangan pernah membiarkan hujan memudarkan sukacitamu, ketika
hujan datang tetaplah bersenandung. Akan ada waktunya hujan itu redah, dan
pelangi yang indah akan muncul. Bersyukurlah dalam pergumulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar