Seperti yang kalian tau sekarang ini saya lagi fokus di dunia perjahitan...halaah ! Yang dulunya cuma sibuk memungut remah-remah semangat yang hampir hilang tertiup angin krisis seperempat abad, kini saya mulai merasakan kemerdekaan setidaknya dari salah satu fase paling menyesakkan yang mau tidak mau harus dialami oleh seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang termulia, manusia.
Well, kali ini saya tidak akan membahas tentang krisis seperempat abad karena kalian akan atau sudah melalui itu, but now saya ingin menceritakan tentang salah satu akibat...ow, "akibat" bukan kata yang tepat, karena kedengarannya malah merujuk pada sesuatu yang negatif. Hm... Let say "hasil", kedengarannya jauh lebih baik. Jadi, saya akan menceritakan salah satu hasil dari krisis berkepanjangan yang malangnya harus saya alami beberapa bulan di belakang sana. Nah, salah satu hasilnya adalah BISA MENJAHIT.
Percaya atau tidak, sebelum bulan September 2017 saya tidak tau apa-apa tentang menjahit. Jangankan mau jahit baju, pasang benang ke mesin jahit yang alurnya berliku-liku kayak kehidupan (curcol mi sede') saja saya sudah bingung setengah hidup. Tapi sepertinya pepatah yang mengatakan "dimana ada kemauan disitu ada jalan" sungguh benar (kecuali dalam hal C.I.N.T.A)
Karena krisis seperempat abad, saya mulai mengenal diri saya yang sesungguhnya, seriusan. Jadi ingat sama salah satu kalimat ajaib di buku Adultery-nya om Paulo Coelho yang bunyinya kurang lebih "kau harus tersesat sejauh-jauhnya untuk bisa menemukan dirimu yang sesunggubnya" tsaaah.
Duhh, intronya kepanjangan ya.. well, intinya setelah "tersesat" dalam ekpektasi2 manusia disekeliling saya, dan cita-cita mulia saya untuk menyenangkan hati semua orang.. Saya akhirnya menemukan diri saya dan apa yang saya sukai untuk dilakukan (dan untungnya yang saya sukai itu bisa menghasilkan uang jika dilakukan dengan baik)
Nah, sekarang kita masuk kebagian reffrein. Beberapa teman sempat bertanya "tiwi.. Kursus jahit dimana? " Kemudian saya jawab " nda ikut2 kursus kok, cuma modal youtube, pinterest, sama tanya2 ke mama"
And then, they said "oww, pantas..penjahit pale mamamu di'"
Kesannya seperti karena saya anak penjahit, semuanya terasa lebih gampang bagi saya untuk belajar menjahit. Mereka tidak tau bahwasanya seandainya saya punya uang lebih, saya akan lebih memilih ikut kursus daripada belajar ke mama. Why ?
Selain karena ilmu yang akan saya peroleh jika ikut kursus bisa lebih bertahap, teratur, dan lengkap. Belajar ke mama bukan perkara yang muda loh. Harus selalu berlapang dada untuk mendengar kata2 pahit nan menyesakkan dada jika penyakit lalod saya mulai kambuh dengan penjelasan mama. Dan parahnya lagi saya tidak bisa berkata "mamaku saja tidak pernah bentak-bentak k' kayak begitu T.T hiks hiks" Karena yang jadi terdakwanya adalah mama saya sendiri.
Saya tidak punya niat untuk "mendiskreditkan" mama sedikitpun ya. Saya sangat bersyukur punya teladan perempuan kuat sepertinya. Saya hanya ingin membagi duka dari belajar menjahit yang dibenak beberapa orang sepertinya terlalu gampang saya dapatkan. But believe me, it's not as easy as u think. Saya betul-betul harus fokus untuk bisa tiba ditahap sekarang ini, dan saking fokusnya saya bahkan lupa dengan salah satu resolusi saya untuk lebih rajin menulis di blog. Duh, semoga kedepannya bisa lebih produktive lagi.. Yeyy, semangat !!
Mungkin untuk postingan selanjutnya saya akan menulis lebih detail tentang bagaimana proses yang saya lalui dalam belajar menjahit tanpa ikut kursus dengan harapan semoga bisa mengingatkan teman-teman bahwa untuk memulai suatu usaha tidak selalu harus mengeluarkan modal yang besar.
Well, demikianlah tulisan saya yang rada-rada unfaedah ini. Selamat malam, dan sampai jumpa di postingan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar