Perut terisi perjalanan pun berlanjut. Sepanjang jalan, saya mengagumi keindahan kota itu. Yaa, karena semuanya tidak jauh beda dengan di kampungku. Masih ada sawah yang hijau, udaranya juga sejuk dan dingin. Dan setelah menempuh perjalan yang cukup jauh, kamipun tiba di pantai itu.
Tanpa basa-basi saya dan sahabat – sahabat saya berlari ke pantai itu. Saat itu, perasaan saya benar – benar bahagia. Ya, sepertinya tidak ada beban sedikitpun yang saya pikirkan. Disana begitu ramai, dan yang aneh adalah banyak delman yang berkeliaran di pantai itu. Senang sekali karena saya bisa melihat kendaraan tradisional itu untuk pertama kalinya :D. Kami segera melancarkan aksi gila foto. Dengan tujuan untu ganti PP dan sebagai bukti bahwa kami pernah ke tempat ini, maka kamipun mengabadikan salah satu moment paling special ini.
Di Kilometer 0 Jogja |
Hari sudah agak
malam, entah jam berapa waktu itu. Kami segera menyudahi aksi gifo di Paris dan
berlanjut ke tujuan selanjutnya yaitu Alun2. Sebelumnya saya sering mendengar
mitos tentang tempat yang satu ini. Dan ingin rasanya untuk membuktikannya
secara langsung. Setiba disana perasaan bahagia saya bertambah. Yup, disana
sangat ramai dan warna-warni. Ada berbagai kendaraan sejenis becak dan sepeda
yang dihias sedemikian rupa dengan lampu warna –warni sehingga kelihatan begitu
indah. Kami segera menuju ke ikon tempat ini yaitu sepasang pohon beringin yang
sudah begitu tua. Disana kami saling bergantian untuk merasakan mitos mengenai
pohon itu. Satu persatu mata kami
ditutup dengan kain hitam. Setelah mencoba hanya jayanti dan Dp yang mampu
mlewati pohon beringin itu. Adapun saya, hanya bisa mencapai sudut dari pohon
itu dan gagal melewatinya selama 2 kali mencoba. Ya, rasanya susah untuk bisa
melewati tempat itu, ditambah lagi mata ditutup dengan kain hitam sehingga saya
merasa seperti tidak ada oran lain yang berasa disana selain saya sendiri. Ya,
sedikit seram memang. Tapi hal itu tidak mengurangi niat kami untuk berfoto –
foto. Disana saya juga sempat bertemu dengan sahabat saya Angel.
Waktu sudah
malam sehingga kami segera mengakhiri perjalanan hari itu, dan pulang ke
penghinapan. Dan dalam rangkah menghemat untuk bisa jalan – jalan, kami hanya
makan malam dengan mie gelas. Miris !!!
Pagi yang saya
tunggu2 akhirnya tiba. Kami segera menyelesaikan ritual sebagai seorang
perempuan yaitu mempercantik diri untuk menuju ke destination berikutnya yaitu Borobudur. Ratna dkk segera menjemput
kami di penghinapan masih dengan mobil yang sama. Kami segera capcuzz ke tempat
yang paling saya idam2kan setelah Bali pastinya J.
Perjalanan kesana agak jauh karena Borobudur letaknya di Magelang. Song
Playlist selama perjalanan adalah Letto. That’s why, lagunya Letto selalu
membuat saya ingat pada jogja. Dan akhirnya moment bahagia yang saya tunggu – tunggu
segera tiba. Kami segera memasuki kawasan tempat Borobudur itu berdiri kokoh ! Dari
jauh terlihat kepala Borobudur mengintip dari balik pepohonan yang rimbun.
Sampai disana
Saya, Yayu, Jay, Ria, Rahma, Ratna dak kawan-kawannya segera diserbu oleh para
penjual disana. Ya, seperti tempat wisata lainnya, disana sangat banyak orang
yang berjualan souvenir. Selain itu, ada juga yang memanfaatkan cuaca di
Borobudur yang begitu panas dengan berjualan payung, topi, ataupun kacamata.
Dan kami adalah kawanan yang juga termakan omongan mereka. Rahma dan Ria
mati-matian menawar kaca mata dengan harga terendah dan mereka berhasil. Jay
segera terpengaruh untuk membeli hal yang sama. Sementara saya dan Yayu
bersikeras untuk tidak membelinya. Ya, walaupun pada akhirnya saya juga
terpengaruh untuk membeli hal yang sama.
Setelah
mengantri beberapa saat, kami segera melangkahkan kaki ke tempat itu. Kami
begitu girang. Ya, perasaan bahagia itu bertambah. Akhirnya salah satu tujuan
saya tercapai. Menginjakkan kaki di tempat yang pernah menjadi salah satu dari
7 keajaiban dunia. WOW !!
Dan lagi-lagi ritual wajib yang harus kami lakukan adalah Foto. Untung saja ada kamera yayu dan Zulfan (tmnx Yayu’) yang bersedia memenuhi keinginan kami untuk mengabadikan moment2 itu. Disana begitu ramai dengan tourist local maupun domestic. Ritual wajib kedua adalah berfoto dengan bule’ :D. Di setiap langkah saya menyusuri bangunan itu, saya merasa kagum dengan kehebatan si pembuat Borobudur. Yup, it’s amazing. Saking kagumnya, sampai –sampai tiap sudut dari bangunan itu , saya usahakan untuk bisa memperoleh foto disana. Hehee
Dan lagi-lagi ritual wajib yang harus kami lakukan adalah Foto. Untung saja ada kamera yayu dan Zulfan (tmnx Yayu’) yang bersedia memenuhi keinginan kami untuk mengabadikan moment2 itu. Disana begitu ramai dengan tourist local maupun domestic. Ritual wajib kedua adalah berfoto dengan bule’ :D. Di setiap langkah saya menyusuri bangunan itu, saya merasa kagum dengan kehebatan si pembuat Borobudur. Yup, it’s amazing. Saking kagumnya, sampai –sampai tiap sudut dari bangunan itu , saya usahakan untuk bisa memperoleh foto disana. Hehee
At Alun-alun Jogja |
Cerita
paling mengesankan lainnya ketika saya
berada di Borobudur adalah ketika saya tersesat disana -.-“ . Saat itu kami sedang sibuk mencari –
cari souvenir disana. Namun karena keasyikan, saya tidak sadar kalau teman –
teman saya sudah menghilang entah kemana. Dengan hp yang baterainya sudah sakaratul
maut, saya akhirnya berusaha untuk mencari jalan menuju ke tempat mobil di parkir
tanpa menelpon mereka. Setelah muter-muter tidak karuan, saya akhirnya
menemukan kata “exit”. Setelah keluar dari hiruk pikuk para pengunjung
Borobudur yang ramai. Saya masih pusing mencari tempat parkiran mobil karena
ingatan saya yang memang pas-pasan. Namun, karena tidak menemukan tempat mobil
diparkir, saya akhirnya merobohkan harga diri dan rasa malu saya dan menelpon
Yayu’ bahwa saya tersesat -_-“. Ya, saat berteman dengan 2 sosok bernama Yayu
dan Jayanti kalian akan tau seperti apa rasanya mendapat celaan dari 2 makhluk
itu. Dan benar saja, ketika mereka tiba ditempat saya yang sedang dalam keadaan
hopeless. Mereka hanya senyum-senyum penuh makna. Antara bersyukur karena
sahabatnya yang cantik ini akhirnya ditemukan atauka karena ingin menertawai
kecerobohan saya.
Sepulang
dari Borobudur, kami melanjutkan perjalanan ke Malioboro. Kalian taukan apa
yang akan kita lakukan saat berada di tempat itu. Satu kata : belanja. Belajar
dari pengalaman di Borobudur, saya tidak ingin berpisah dengan rombongan saya.
Kegiatan belanjapun dimulai. Tidak ada rasa lelah sedikitpun, rasanya kami
ingin menjelajahi setiap hal yang ada di tempat itu. Setelah puas berbelanja
akhirnya 2 orang teman saya yaitu Ria dan Rahma, mohon undur diri dari
perjalanan kami yang mengasyikkan itu. Yup, karena satu dan lain hal mereka
akhirnya pulang lebih duluh. Dan of coure, saya, yayu, dan Jay tidak ingin
buang – buang waktu hanya untuk mendekam di penghinapan jadi setelah belanja
kami masih bersantai2 di Malioboro sambil melihat dan mendengar permainan alat
music mereka yang begitu mengagumkan. Ciussss.
Malam
pun tiba, namun Jogja masih begitu indah, tambah indah malah. Saya, Jay, dan
Yayu melanjutkan perjalanan ke 0 km. Yaa, berhubung ada kameranya Yayu dan ada
Zulfan yang bakat jadi tukang foto jadi kami masih tetap melancarkan aksi foto.
Hehee.
Saat berada di sana, ada seorang tukang tato yang datang menghampiri kami. Saya dan Jay pun tertarik untuk mencobanya karena tatonya tidak permanen dan hanya bertahan sebulan sesuai dengan yang di katakana si tukang tato. Si tukang tato yang tidak saya mengerti bahasanya itu akhirnya menggambar tato sesuai dengan gambar yang kami inginkan. Sementara itu, Yayu dan Sulfan hanya tertawa menyaksikan ke”alay”an yang juga saya sesali karena ternyata Tato itu hanya bertahan tidak kurang dari 1 minggu. Tapi walaupun demikian, saya tetap senang karena berkesempatan menyaksikan kota jogja di malam hari dan bisa makan di angkringan juga dengan harga murah :D
Singgah makan di warung ayam kremes yang Mahal ! |
Saat berada di sana, ada seorang tukang tato yang datang menghampiri kami. Saya dan Jay pun tertarik untuk mencobanya karena tatonya tidak permanen dan hanya bertahan sebulan sesuai dengan yang di katakana si tukang tato. Si tukang tato yang tidak saya mengerti bahasanya itu akhirnya menggambar tato sesuai dengan gambar yang kami inginkan. Sementara itu, Yayu dan Sulfan hanya tertawa menyaksikan ke”alay”an yang juga saya sesali karena ternyata Tato itu hanya bertahan tidak kurang dari 1 minggu. Tapi walaupun demikian, saya tetap senang karena berkesempatan menyaksikan kota jogja di malam hari dan bisa makan di angkringan juga dengan harga murah :D
Akhirnya
perjalanan kami pada hari itu berakhir dengan kebahagiaan. Yaa, banyak pengalaman
baru, teman baru, tempat baru, foto baru yang saya peroleh. Makasih Tuhan untuk
kesempatan luar biasa yang Kau berikan.
Tidak lupa juga, big thax untuk Yayu, Sulfan, Ratna dan teman – temannya
yang walaupun belum saya kenal sebelumnya namun bisa menjadi penolong selama
kami di Jogja.Tuhan pasti membalas kebaikan kalian :D
Semoga suatu
saat, saya bisa kembali ke kota itu…
Upsss,
lupa..satu lagi, makasih Jogja..kota yang begitu ramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar