Pages

(Di)mengerti

Jumat, 19 Februari 2016

"Dimengerti", sepertinya ini kata yang orang-orang dambakan dari siapapun yang dekat dengan mereka.

"Dimengerti", selalu identik dengan wanita. Tidak heran AdaBand sukses dengan lagu mereka yg berjudul "karena wanita ingin dimengerti". Padahal bukan cuma wanita yg butuh dimengerti, yg laki-laki pun butuh dimengerti.

"Dimengerti", selalu menjadi momok yang mengakibatkan rusaknya sebuah hubungan akibat orang2 yang berlakon dalam hubungan itu tidak memperolehnya.

"Dimengerti", menurutku ini kata yang paling egois. Kenapa orang2 butuh dimengerti. Kenapa tidak hapus saja 2 huruf di depanx sehingga yang tersisa hanya "mengerti". Mungkin saja dengan "mengerti" tiap hubungan bisa terjalin lebih baik.

Berjuang (lagi)

Kamis, 18 Februari 2016

Lepek gr2 hrus naik angkot & jln kaki

Masih di ruangan kecil ini, entah harus berbuat apa selain menunggu. Oh well, just so you know...saya kembali berjuang untuk mendapat pekerjaan. Kelamaan menganggur pernah membuat saya mati rasa, kecewa, malu, dan yang terparah adalah saya mulai enggan mencoba. Tapi kini saya mulai lagi.

Berjuang, 1 kata yang keramat menurut saya. Tidak semua orang punya hati yang ikhlas menjalaninya. Tapi saya mau memulainya lagi, walaupun mungkin saat ini saya berjuang untuk sesuatu yang belum saya gemari.

Dan terima kasih untuk postingan seorang teman di path yang sangat menguatkan. Katanya, perkara job seekers adalah masalah sejuta umat. Semua orang pernah atau akan melaluinya. Di luar sana masih banyak orang yang bergumul dengan beban yang lebih berat. Jadi tetap kuat.

Jangan lupa bahagia ♥

Minggu, 07 Februari 2016

Sore di Toraja agak sepi kalah itu. Sebenarnya orang-orang rumah masih banyak. Hanya saja sering terjadi, ketika duduk di depan rmh...pikiran tentang teman2 seusia saya yang sudah melanglang buana kemana2 a.k.a merantau selalu mengganggu. Dan pikiran2 semacam itu bisa memicuh kegalauan akut yang selalu ingin saya hindari.

Langit berwarna jingga yang kelihatan begitu indah juga tidak selalu mampu membuat saya terhindar dari perasaan "aneh" itu. Satu hal lagi, ketika sudah dewasa (fase ketika pertanyaan "akan jadi apa saya nanti ?" pernah terlintas dipikiran) saya sering berpikir betapa senangnya berada pada usia seperti adik dan keponakan2 saya. Usia dimana pertanyaan yang paling sering terlintas di pikiran hanya seputar perkara "mau main apa ya ?"

Kembali lagi pada sore itu, ketika lagi asyik duduk2 risau di depan rumah tante (spot paling indah di sore hari) saya mendapati adik dan ponakan saya yang cemberut gara2 bingung mau main apa. Nah, tidak ingin stuck dipikiran2 yg membuat saya tertekan...saya pun iseng2 memdemonstrasikan salah satu permainan yang sering saya dan teman2 mainkan ketika seusia mereka. Hanya bermodalkan lidi dan plastik maka jadilah penangkap capung paling jituh. Kebetulan di pekarangan rumah kami ada banyak sayur bab* tempat capung sering transit. Setelah berhasil menangkap 1 capung (yang kemudian saya lepaskan) dengan taksim saya menyerahkan alat penangkap capung itu pada mereka. Dan hasilnya, mereka senang bukan kepalang, saya lupa kalau tadi lagi risau, dan sayur bab*nya tante rusak gara2 diinjak2 oleh mereka.

Main tangkap capung

Intinya, obat risau paling jitu adalah bersenang2 seperti anak-anak. I thax to you Kids...moga nanti kalau kalian sudah dewasa, kalian sempat membaca postingan ini dan tidak lupa untuk bahagia.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS