Pages

Sarjana jadi Entrepreneur, salahnya dimana ?

Rabu, 04 April 2018

Untuk postingan kali ini,  saya tidak akan berbicara tentang Toraja, tentang kecintaan saya pada Tuhan 😇, atau tentang hal2 lain yang sesungguhnya random tapi ada saja yang baca 😆 Saya ingin bercerita tentang salah satu ujian besar yang akhir-akhir ini harus berusaha saya lampaui...dan saya yakin diluaran sana banyak juga yang harus berjuang tentang hal ini. Yup,  ujian terbesar itu adalah opini orang-orang tentang sarjana yang lebih memilih menjadi wirausaha atau yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan.  JUST LIKE ME ! Jujur saja,  saya tidak  terlalu peduli  dengan opini orang-orang tentang pilihan hidup saya. dulu mungkin ya...tapi sekarang,  tidak lagi. 
Lah,  kalau tidak peduli...trus untuk apa dong nulis postingan tantang ini ? Ya,  kali aja ada yang mengalami hal seperti saya...dan masih sering "tenggelam" dengan opini orang-orang. Semoga dengan tulisan saya ini,  kita bisa saling menguatkan *asikeee

Dari pengalam saya,  seringnya yang beropini tentang kehidupan saya atau kalian justru dari orang-orang yang tidak benar-benar kita kenal. Ya kan ??? Seperti kejadian sore tadi atau 4 hari yang lalu, atau 2 minggu yang lalu dan minggu-minggu sebelumnya.. See,  ada terlalu banyak yang peduli pada kehidupan saya 😆

Dan seringnya lagi, percakapan itu hanya beberapa line, semisal.

Di Ruang tamu,

Si tante : Tiwi kerja dimana sekarang  ?
Saya      : Di rumah tant, menjahit kayak mama *sambil senyum
Si tante : Duhhh... Kenapa nda mau kasih masuk kamaran di kantor2  saja,  atau jadi honorer ? *Dengan muka prihatin
Saya     : "Tant,  mama saya  bisa beli mobil, biayain kuliah saya,  dengan menjahit. So what's wrong with that ? " (dalam hati)
Actually,  saya cuma bilang "saya senang menjahit tant jadi lamar kerjanya besok-besok saja,  saya udah bosan ngelamar,  saya tunggu dilamar aja" 😆 (bdw,  8 kata terakhir cuma saya ucapkan dalam hati ji)
Si tante : Tapi lebih baik kerja di kantor nak. Kayak si ini........
Saya : *Mendengarkan *Ngangguk2 * Undur diri

Dibalik ucapan saya ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya utarakan,  hanya saja kebanyakan orang lebih suka opini mereka didengarkan,  jadi saya lebih baik diam. Lagian,  beberapa orang pikirannya tidak akan terlalu panjang untuk bisa menyelami setiap hal yang saya atau kalian cita-citakan,  we don't have to explain our goals to others. Yang menjalaninya adalah kita,  bukan orang lain. Sesederhana itu.

Saya kadang berpikir,  kenapa tidak ada satupun orang yang bertanya "apa passionmu ?" "apa yang kau senangi ?" instead of "kenapa tidak kerja di kantor ?". Yup,  kebanyak orang lebih suka ikut arus dan menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang,  itulah yang terbaik dan paling benar.  Memilih hal yang berlawanan dengan mayoritas malah cenderung dianggap pilihan yang bodoh, sia-sia, dan memprihatinkan.  Hal yang sama berlaku dengan sarjana yang memilih menjadi enterpreneur.  Well,  bekerja sesuai dengan basic pendidikan memang keren dan mewah.  Tapi bagi saya,  bekerja sesuai dengan passion itu anugerah dan kebebasan yang tidak semua orang mampu jalani karena  sambil kau mengerjakannya  akan ada yang melemparkan batu-batu kecil kepadamu. Tapi tenang saja,  batu-batu itu lama kelamaan hanya akan menjadi seperti kapas saja😉

Terakhir,  tentang orang2 yang terlalu "peduli"  pada hidup saya pun kalian adalah tidak semua orang mengerti dengan konsep "bekerja dengan hati yang gembira". Trust me,  saya pernah melaluinya dan bagi saya,  dari pada menjadi seperti robot yang bekerja tanpa hati (cos i found that kerja kantoran is not my thing) saya tidak akan malu dengan apa yang menjadi passion saya dan saya akan tetap melakukannya,  karena itu talenta yang Tuhan berikan bagi saya.  Dan itu sia-sia jika tidak saya pergunakan dengan baik. Bekerja entah dikantor ataupun menjadi entrepreneur tujuannya sama kok,  sama-sama cari duit.  Kecuali,  kalau yang orang-orang tadi maksud dengan bekerja adalah untuk mengesankan orang lain,  it's the different story.  Tapi saya tidak akan pernah berusaha mengesankan siapa-siapa, as long as i'm happy to do my job,  i will do it,  no matter what people throw to me.

Oh satu lagi, saya percaya orang2 tadi juga berpikir "kenapa harus kuliah kalau ujung-ujungnya buka usaha,  atau ujung-ujungnya cuma mau menjahit ji na kerja kayak mamaknya" 😆
Well,  itu kurang lebih sama dengan pertanyaan "kenapa harus pacaran lama-lama dengan si A kalau ujung-ujungnya malah nikah dengan si B". Untuk bisa mengambil keputusan yang besar dalam hidup,  semua butuh proses... proses itu berisi pengenalan lebih dan lebih lagi tentang diri sendiri.  Once u found ur self,  theres no doubt anymore in make ur big decision.

Nah,  Jadi salahnya sarjana yang jadi entrepreneur itu dibagian mana ya 😄 Kok banyak yang senewen.

*picture source : Pinterest

2 komentar:

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS